Kesehatan merupakan salah satu ni’mat yang paling berharga yang Allah berikan kepada para hamba-Nya. Kita. Maka tak heran jika kekasih-Nya mewanti-wanti umat manusia agar menjaga kondisi sehat sebelum datangnya sakit. Tak ada satu pun di dunia ini orang yang mau dibayar untuk sakit. Yang ada justru sebaliknya, orang yang sakit akan rela mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit agar dirinya sembuh dari sakit dan menjadi sehat kembali.
Suatu hari aku membeli makanan di rumah makan yang tepat berada di sebuah rumah sakit, di meja aku menemukan sebuah kertas. Rasa ingin tahu mendorong saya untuk membuka lipatan kertas tersebut. Setelah terbuka, baru saya tahu bahwa kertas tersebut adalah semacam rekening pasien yang berisi biaya-biaya yang harus dibayar pasien selama dirawat. Saya baca satu per satu item yang terdapat dalam rekening tersebut. Mulai dari identitas pasien hingga jumlah total biaya.
Terkejut saya melihat angka-angka yang tertera di kertas tersebut. Jumlah total dari keseluruhan biaya sekitar seratus juta rupiah untuk masa rawat inap selama sepuluh hari, terlepas apakah si pasien menggunakan asuransi atau tidak. Jika dibagi rata, maka perharinya pasien harus mengeluarkan biaya sebesar sepuluh juta rupiah. Komponen biaya yang paling besar adalah obat-obatan yang mungkin lebih dari lima puluh persen dari total jumlah tersebut. Tak terbayang jika saya atau keluarga saya yang sakit dan harus mengeluarkan uang sebesar itu. Naudzu billah.
Beberapa hari berikutnya, saya mendapat kabar dari salah seorang rekan seruangan yang anaknya baru saja dioperasi usus buntu. Biaya yang harus dikeluarkan sekitar enam belas juta rupiah. Untunglah, rekan saya tersebut punya asuransi, baik Askes, maupun asuransi lainnya.
Bersyukur. Sepertinya itu yang harus dan selalu saya lakukan. Bukan penyakit berat yang saya alami sekarang. Cuma sakit dan pegal-pegal di kaki sebelah kiri yang mungkin sedikit mengganggu aktifitas saya. Dibalik itu semua, ada pelajaran dapat diambil dari kejadian ini. Pertama, Kesehatan itu harus dijaga dan itu juga merupakan salah satu bentuk syukur. Kedua, apa yang terjadi pada diri kita adalah akibat perbuatan kita sendiri. Karena lalai menjaga kesehatan, maka sakit menjadi akibat yang harus dirasakan.
Suatu hari aku membeli makanan di rumah makan yang tepat berada di sebuah rumah sakit, di meja aku menemukan sebuah kertas. Rasa ingin tahu mendorong saya untuk membuka lipatan kertas tersebut. Setelah terbuka, baru saya tahu bahwa kertas tersebut adalah semacam rekening pasien yang berisi biaya-biaya yang harus dibayar pasien selama dirawat. Saya baca satu per satu item yang terdapat dalam rekening tersebut. Mulai dari identitas pasien hingga jumlah total biaya.
Terkejut saya melihat angka-angka yang tertera di kertas tersebut. Jumlah total dari keseluruhan biaya sekitar seratus juta rupiah untuk masa rawat inap selama sepuluh hari, terlepas apakah si pasien menggunakan asuransi atau tidak. Jika dibagi rata, maka perharinya pasien harus mengeluarkan biaya sebesar sepuluh juta rupiah. Komponen biaya yang paling besar adalah obat-obatan yang mungkin lebih dari lima puluh persen dari total jumlah tersebut. Tak terbayang jika saya atau keluarga saya yang sakit dan harus mengeluarkan uang sebesar itu. Naudzu billah.
Beberapa hari berikutnya, saya mendapat kabar dari salah seorang rekan seruangan yang anaknya baru saja dioperasi usus buntu. Biaya yang harus dikeluarkan sekitar enam belas juta rupiah. Untunglah, rekan saya tersebut punya asuransi, baik Askes, maupun asuransi lainnya.
Bersyukur. Sepertinya itu yang harus dan selalu saya lakukan. Bukan penyakit berat yang saya alami sekarang. Cuma sakit dan pegal-pegal di kaki sebelah kiri yang mungkin sedikit mengganggu aktifitas saya. Dibalik itu semua, ada pelajaran dapat diambil dari kejadian ini. Pertama, Kesehatan itu harus dijaga dan itu juga merupakan salah satu bentuk syukur. Kedua, apa yang terjadi pada diri kita adalah akibat perbuatan kita sendiri. Karena lalai menjaga kesehatan, maka sakit menjadi akibat yang harus dirasakan.
Comments
Post a Comment