Ketika menjawab pertanyaan mengapa seseorang memilih profesi yang dilabel feminin, sebaiknya kita tinggalkan dulu istilah feminin di sini. Jawabannya akan sangat personal mengapa seseorang menyukai profesi tertentu terlepas dari profesinya itu feminin atau tidak.
Orang-orang yang menyukai profesi penari latar biasanya juga memiliki minat dan bakat kinestetik (yang terkait dengan gerakan tubuh). Demikian pula dengan orang yang menyukai profesi disainer, meski kinestetik pada disainer lebih bersifat kinestetik halus. Kedua profesi ini mengandung unsur seni yang kental.
Orang yang memilih jadi koki juga mungkin juga selain berminat dengan aneka masakan, memiliki cita rasa, juga punya alasan lain yang pribadi sifatnya. Misalnya saja saya mengenal seorang pemuda yang sedang belajar jadi koki khusus masakan anak-anak. Ia ingin menciptakan kreasi hidangan yang bergizi untuk anak mengingat perkembangan otak sangat penting pada usia anak.
Memilih profesi yang dilabel feminin menurut saya bukan pertanyaan mengapa, tetapi bagaimana mereka pada akhirnya berhasil mengatasi semua hambatan untuk sampai benar-benar menekuni profesi tsb ?
Karena menekuni profesi yang dilabel feminin membutuhkan perjuangan mengingat profesi ini mempertanyakan kelaki-lakian seseorang. Jika keluarga dan masyarakat tidak memberikan mereka kesempatan, pada akhirnya mereka lah yang harus berjuang menciptakan kesempatan itu, mengatasi ketidaknyamanan akibat pandangan negatif orang terhadap maskulinitas mereka.
Sampai saat ini kenyataan dalam masyarakat kita adalah bahwa profesi masih terkait dengan gender. Masyarakat membentuk perbedaan gender dan masyarakatlah yang menciptakan konsep gender itu. Sejak kecil kita sudah dididik untuk melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan konsep gender, termasuk dalam memilih profesi. Tetapi orang tua yang fleksibel dalam memandang konsep perbedaan laki-laki dan perempuan umumnya akan menghasilkan anak-anak yang lebih fleksibel juga dalam memilih profesi.
Comments
Post a Comment