Sebelum mesin pencetak poster dilukis dengan tangan oleh para seniman. Poster-poster itu kini telah tergantikan oleh poster-poster digital buatan komputer di atas lembaran vinyl.
Begitu Anda masuk ke bioskop, poster film berukuran besar menyambut Anda dengan film-film terbaru. Hari ini, poster seperti ini dibuat secara digital.
Salah satu orang tua dari temanku adalah pelukis poster bioskop. Setelah berakhirnya era bagi seniman poster sekitar tahun 1990 ,kini dia beralih pada bidang desain dan sekarang menggambar desain untuk pemasaran suatu produk.
Dia menceritakan pengalamannya pada saat masa sulit bagi para seniman pelukis "kami adalah seniman poster yang melukis sesuai isi cerita dan karakter film aksi maupun drama “Ketika saya mulai melukis poster, ada yang tingginya 30 meter, ada juga yang 18 meter, tergantung dari bioskopnya," ungkapnya.
Untuk satu poster, bisa menghabiskan waktu pembuatan 1-2 pekan karena kadang ada 4 sampai 5 bioskop yang memesan bersamaan. Dan karena kami melukis di atas kain, gambar mudah rusak karena hujan.
Ketika orang asing datang ke , mereka memotret poster karya kami. Kami adalah seniman poster yang melukis sesuai isi cerita dan karakter – film aksi maupun drama.”
“Ini sangat menyenangkan. Ada perasaan tertentu di sini. Saat itu ada sejumlah penonton yang peduli dan memperhatikan poster-poster kami," katanya.
Menurtnya warna akan memudar jika poster film dilipat untuk dibawa ke bioskop di pinggiran kota. Sementara lembaran vinyl, didesain dengan menggunakan foto dan dicetak segera.
Poster digital di lembaran vinyl punya kelebihan dibandingkan poster yang dilukis dengan tangan. Poster digital bisa dibuat dengan lebih cepat, mudah dipindahkan, serta punya daya tahan yang lebih kuat terhadap cuaca.
Perkembangan ini telah mengubah kehidupan seniman poster tradisional. Seniman poster tradisional yang harus berhadapan dengan perubahan dimanapun. Saat itu kami, seniman poster, tidak tahu harus berbuat apa. Ada yang mencari pekerjaan lain, atau menganggur.”
Ketika industri meninggalkan cara-cara tradisional, para seniman tetap mencintainya.
“Kalau Anda membandingkan poster kami dengan vinyl, menurut saya poster kami selalu lebih baik. Karena vinyl hanya memasang foto. Pekerjaan seniman tidak seperti foto, tapi ada kehidupan dan karakter istimewa di sana.”
Ketika tak ada lagi ruang bagi seniman untuk membuat poster, sejumlah seniman berusaha bertahan dengan meneruskan hobi mereka. Ada yang menjadi pelukis dengan cat minyak, tapi saya mencoba yang terbaik. Kami harus terus berjuang keras.
Menurutnya poster buatan tangan adalah karya seni. Vinyl adalah karya. Seniman akan terus menggambar apa pun yang terjadi. Ini cuma soal waktu, dan ada yang harus dilakukan supaya kami bisa bertahan. Bahkan sebelum era poster film, para seniman bisa bertahan. Saya suka pekerjaan saya sekarang.”
Poster vinyl telah menggantikan poster yang dibuat dengan tangan tidak hanya di industri film, tapi juga di industri periklanan.
Comments
Post a Comment