Pakaian hadir dengan aneka warna dan corak. Ia berbahan dasar dari alam. Alam telah menyediakan dan memberikannya dengan indah sebagai penutup tubuh manusia. Sebagai pelindung dari angin, terik matahari, debu, dan hujan. Masakan bunga bakung berbaju indah, sementara manusia yang berakal budi mulia ini tidak memakai pakaian.
Seperti manusia yang hidup di dunia ini, dengan banyak karakter, suku, dan bahasa, juga religinya, adat istiadat, kebudayaan, dan lain-lain, yang menandakan corak seperti pada kain yang dibuat oleh tangan-tangan terampil yang humanis. Semua perbedaan itu harus dipelihara agar tercipta satu harmoni yang sangat indah.
Satu persatu pakaian di seterika, hingga tahapan berikutnya adalah memilah pakaian-pakaian itu menurut pemiliknya. Asalnya berkumpul menjadi satu, sejak pakaian-pakaian itu dicuci. Namun akhirnya, kebersamaan itu harus selesai juga, dan masuk ke masing-masing lemari dari anggota keluarga.
Seperti proses kehidupan manusia di bumi ini. Sejak dilahirkan mengenal arti kebersamaan. Bahwa, kita lahir sebagai bayi mungil ini berkat kebersamaan dua insan dalam cinta ayah dan ibu. Proses bertumbuh pun mengalami kebersamaan, hingga dewasa, tua, dan meninggal dunia.
Bahwa kebersamaan ada pada proses pencucian pakaian dan seterika. Namun, kebersamaan itu pada akhirnya akan mengalami perpisahan. Sendiri-sendiri. Artinya, tanggung jawab apa pun, ada di tangan kita, bergantung kepada peran masing-masing.
Banyak arti pakaian yang diyakini. Inspirasi yang kulihat saat istri ku menyeterika pakaian. Inilah bagian dari pakaian yang telah diseterika. Bagian kesendirian yang melekatkan tanggung jawab kita.
Comments
Post a Comment