Di zaman laptop ini seharusnya orang lebih produktif menulis. Menulis apa saja entah itu di media massa, blog, atau media apa saja. Dengan komputer jinjing nan mungil itu, orang bisa menulis di mana saja.
Tapi, anehnya, teman-teman penyunting belakangan ini sering mengeluh kekurangan tulisan. Setoran naskah seret. "Sudah punya laptop kok gak menulis? Laptopmu diapakan saja?" ujar seorang teman penyunting kepada anak buahnya.
Keluhan macam ini, saya kira, makin biasa akhir-akhir ini. Laptop makin massal, murah, jadi 'mainan' orang ramai, tapi produktivitas menulis menurun. Blog-blog yang pada tahun 2004, 2005, 2006... sangat ramai, selalu diisi dengan tulisan-tulisan baru dan segar kini makin sepi.
Saya tengok blog seorang wartawan senior, yang dulu aktif mendorong wartawan-wartawan muda, agar punya blog. Ah, isinya tidak ada yang baru. Belum karuan ada satu dua tulisan per bulan. Padahal, ketika abang ini belum punya laptop, masih mengetik di warnet atau kantor, produktivitasnya luar biasa.
Sibuk? Bisa saja. Tapi silakan tengok akun Facebook atau Twitter-nya. Ramainya bukan main. Ada masalah sedikit dikomentari dan dikomentari terus sampai bosan.
Yah, laptop memang tetap dipakai, cuma bukan untuk menulis artikel, berita, fiksi, dan sebagainya, tapi buat kepentingan pergaulan di jejaring sosial. Syukurlah, masih ada orang yang bisa memanfaatkan laptop sebagai alat bantu untuk menulis di mana saja dan kapan saja.
Comments
Post a Comment